Selasa, 06 November 2018

Sumbaku!

SUMBAKU!


   Tidak banyak yang tau, bahkan ada banyak yang asing dengan pulau Sumba. Kebanyakan orang yang saya temui, akan memiliki jawaban yang berbeda ketika pertanyaan saya layangkan "Tau Sumba, gak?". Ada yang menjawab "Oh, yang baru-baru kena gempa ya, mbak?", sebagian besar menjawab "Nusa Tenggara Barat? Bima?", namun bukan berarti semuanya tidak tahu. Sejauh yang saya ingat, ada 2 orang (kalau gak salah driver Grab, hehe), yang menanggapi pertanyaan tersebut dengan benar, dengan kesimpulan jawaban "Tau, mbak, saya pernah kesana karena ada urusan pekerjaan" dan "saudara saya ada yang tinggal di Sumba". Ini mengindikasikan, bahwa memang Sumba tak sebegitu 'famous' dengan pulau tetangga, Sumbawa juga Bali.
Jadi dimana Sumba?


Sumber Foto : https://www.kompasiana.com/hidayathusnul/552a449e6ea8342c53552d75/sumba-ya-sumba-sumbawa-ya-sumbawa 


     Pulau Sumba terletak pada Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedikit informasi (bagi yang sering menyamakan), Sumbawa yang sering dianggap adalah Sumba, terletak di provinsi yang berbeda, yaitu Nusa Tenggara Barat.

    - Tanah Seribu Kampung 

  Pulau Sumba sering disebut sebagai Tanah Seribu Kampung. Hal ini dikarenakan, masih banyak terdapat kampung-kampung adat yang berada di tengah kota dengan kondisi bangunan yang masih dipertahankan tradisional dengan atap jerami dan dengan dinding bambu. Benar-benar bambu yang satu dengan lainnya diikat dengan tali.
Hal tersebut menjadi unik karena Indonesia sudah mulai tergerus moderenisasi yang lambat laun mulai mengurangi keberadaan kampung-kampung yang masih mempertahankan kebudayaannya yang masih bernilai pekat. Anda setuju?


Foto Kampung Tarung. Kampung adat yang berada di tengah kota Sumba
Sumber foto: http://jejaklangkahku.com/2018/07/28/7-hari-jelajah-pulau-sumba-bisa-nongkrong-di-28-spot-menarik-ini/ 

- BUDAYA MENDARAH DAGING 
    Selain ditunjukkan lewat berdiri tegaknya kampung adat di tengah-tengah kota, sejalan dengan itu, masyarakat sekitar pun masih keukeuh mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada sejak 'dahulu kala', begitulah jawaban para sesepuh ketika ditanyakan "sejak kapan budaya seperti ini ada?". Memang, tidak diketahui secara pasti, namun nilainya dan prakteknya benar-benar mendarah daging.
Masyarakat Sumba, percaya  bahwa beberapa peraturan memang harus tetap dilakukan apapun konsekuensinya, dan beberapa peraturan lain benar-benar tidak boleh dilanggar.

    Seperti contohnya adalah Belis. Belis merupakan suatu bentuk mas kawin yang disediakan pihak pria untuk calon istrinya. Di beberapa daerah, mungkin mas kawin dapat diganti dengan rumah, seperangkat alat solat, perhiasan, sejumlah uang atau kendaraan, tapi jika suatu saat Anda berkesempatan berlibur ke Sumba, jangan heran ketika melihat deretan truk mengangkut puluhan binatang ternak (sapi,kerbau, kuda, babi) yang akan dipakai sebagai mas kawin. 

Sumber Foto : https://i.ytimg.com/vi/1-zAPmuzNdg/hqdefault.jpg

Ya, bagi masyarakat Sumba, hal tersebut merupakan bentuk penghargaan bagi sang calon menantu dan calon istri. Walau memang sedikit terasa asing bagi orang awam, tapi bagi pemuda/i Sumba, hal tersebut sudah sangat wajar. Namun, hal ini masih saja menjadi hal yang terasa 'berbentrok' dengan pemikiran-pemikiran anak muda yang sekarang sudah mulai berfikir tentang pemborosan dan juga pengefiensi pernikahan dengan mas kawin yang 'tidak seheboh ini'. Beberapa protes dan sindiranpun bermunculan, seperti "Turunkan harga Belis" dan lain-lain.


   Selain budaya Belis ini, ada juga budaya 'kematian dan pesta' yang digadang-gadang sebagai salah satu bentuk pemborosan yang ada di Sumba. Berbeda dengan Indonesia bagian barat yang menganut kepercayaan, semakin cepat dikebumikan, maka akan lebih baik, di Sumba, semakin lama waktu jenazah sebelum dikebumikan, maka semakin baik nilainya. Jadi, pada prakteknya, dalam seminggu, jenazah di dudukkan di ruang tamu, kemudian para kerabat yang datang berbela sungkawa, datang dan berdoa dengan caranya masing-masing. Dalam seminggu itu, para tamu yang datang diberikan jamuan layaknya seperti pesta. 3 kali sehari dengan daging hewan-hewan ternak yang disediakan oleh pihak kedukaan. Ini disebut Ke'dde.
Beberapa upaya sudah dilakukan untuk membatasi perilaku yang dianggap sebagai 'pemborosan' ini. Beberapa pihak tidak setuju, namun beberapa lagi beranggapan bahwa, perekonomian Sumba mungkin akan lebih maju jika budaya seperti ini lebih diperhatikan. Bisa dibayangkan berapa banyak hewan dalam sekali kematian yang di'korban'kan selama seminggu? Dan, bagaimana kalau hal tersebut terjadi beberapa kali dalam sebulan?

- RESORT MENDUNIA 

    Beralih dari kebudayaan yang menjadi ciri khas Sumba, Sumba punya keindahan alam yang telah terakui di dunia (walau mungkin masyarakat Indonesia sendiri tidak banyak yang tahu). 

Sumber foto: https://www.youtube.com/watch?v=i6jAS4u7KKU 
Foto tersebut di ambil di salah satu resort di Sumba Barat, yaitu Nihiwatu, yang pada tahun 2017 dinobatkan sebagai Hotel Terbaik oleh majalah terkenal di dunia. 

- PANTAI + PEMANDANGAN CANTIK SUMBA

   Tak usah banyak bercerita tentang hal ini, mari kita lihat buktinya :)




Sumber Foto : https://www.idntimes.com/travel/destination/yoshi/6-destinasi-wisata-di-sumba-ini-1/full

   Jangan Ragu Main Ke Sumba!
Dian Janji jadi guide wisata untuk kalian :)
Salam dari Sumba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KERJA KELOMPOK ONLINE, HILANGKAN ALASAN "GAK BISA DATANG"

      Tugas kelompok pada dasarnya, melatih kita untuk belajar dengan mandiri, belajar dengan teman agar lebih leluasa bertanya dan menja...